Lakukan Kontribusi Terhadap Aksi Iklim : Adaptasi, Mitigasi , Co Benefit dan Resiliensi

“Terus Lakukan Kontribusi terhadap Aksi Iklim : Adaptasi, Mitigasi , Co Benefit dan Resiliensi”

Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam International Conference Sustainable Tropical Land Management yang dikomandoi oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian pada pertengahan September yang lalu. Hal ini sudah sangat sejalan dengan gerakan dan kiprah yang telah dan akan terus dilakukan oleh Perhimpi.

Syahrul menyampaikan bahwa perubahan iklim telah berdampak pada sektor pertanian. Perubahan iklim tersebut tercermin pada peningkatan intensitas curah hujan, salinitas lahan serta kuantitas dan kualitas serangan organisme pengganggu tanaman. Di sisi lain, laju degradasi tanah di Indonesia sangat tinggi karena berada di daerah beriklim basah dan adanya input pupuk anorganik secara terus menerus.

Hal yang serupa juga disampaikan oleh Fadjry Djufry, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan inovasi teknologi yang tepat, murah serta mudah dipahami oleh praktisi pertanian yang selanjutnya perlu dikomunikasikan dengan pengambil keputusan setelah mendapat umpan balik dari para pengguna teknologi.

”Selanjutnya inovasi teknologi untuk mengatasi degradasi lahan dan perubahan iklim ini dapat diperluas implementasinya ke daerah-daerah dengan rekomendasi umum atau spesifik lokasi,”kata Fadjry.

Menjawab tantangan Menteri Pertanian dan Kepala Balitbangtan tersebut, Perhimpi sebagai organisasi profesi yang berkecimpung dalam bidang meteorologi pertanian, terus melakukan kegiatan penelitian dan pengkajian, pengabdian kepada masyarakat, penyebaran informasi, sumbangan pemikiran serta perumusan rekomendasi kebijakan terkait Aksi Iklim, mencakup adaptasi, mitigasi dan co-benefit. Saat ini Perhimpi bersinergi dengan Balitbangtan tengah melakukan kajian aksi iklim dengan teknologi panen hujan dan irigasi hemat air pada lahan kering dan tadah hujan di Yogyakarta dan Sulawesi Selatan. Kajian Aksi Iklim ini juga akan menghimpun umpan balik dari para stakeholder sehingga dapat menghasilkan rekomendasi seperti yang disampaikan Kepala Balitbangtan yang juga Ketua Umum Perhimpi.