Hamparan bawang merah yang baru berumur sekitar 30 hari tampak tumbuh subur di lahan kering Desa Leang-leang Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Seluas 2.5 hektar bawang merah dan beberapa komoditas palawija lainnya dapat tertanam di Musim Tanam III ini berkat adanya insfrastuktur air yang merupakan hasil kerjasama Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melalui Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi dan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Selatan, bersama Perhimpunan Meteorologi Pertanian Indonesia (Perhimpi). Infrastruktur air yang dibangun memungkinkan petani dalam bertanam tiga kali setahun, seperti yang terlihat saat ini.
Pada Sabtu, 26 September 2020 yang lalu, Ketua V Perhimpi, Abdul Haris Bahrun menyambangi lokasi kajian aksi iklim yang didampingi oleh Abdul Syukur, peneliti BPTP Sulawesi Selatan. Sembari menyusuri pertanaman bawang merah, Abdul Haris mencetuskan beberapa rencana tindak lanjut yang akan dilakukan beliau untuk keberlanjutan pertanian di Desa Leang-leang.
“Kita perlu bersinergi dengan pemerintah daerah untuk keberlanjutan pertanian di Leang-leang. Untuk itu, saya akan komunikasikan dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan karena mereka punya kegiatan pembangunan sarana irigasi yang anggarannya cukup memadai,”tuturnya.
Lebih lanjut beliau merencanakan adanya Demfarm sekitar 50 Ha di tahun 2021 dengan memanfaatkan 4 sumber air yang ada di Leang Leang. Bahkan menurut penuturan petani setempat, masih ada 3 sumber air lagi yang sama bahkan lebih banyak air dibanding yang ada saat ini.
“Nanti akan kami tugaskan mahasiswa untuk melakukan penelitian atau pembelajaran lapang di sini, karena belajar secara langsung lebih bermanfaat,”ujar Abdul Haris yang juga merupakan tenaga pendidik di Universitas Hasanuddin.
Kajian Aksi Iklim di Desa Leang-leang merupakan percontohan teknologi panen air untuk meningkatkan indeks pertanaman. Diharapkan, sinergi Balitbangtan-Perhimpi-Pemerintah-Akademisi dapat mewujudkan Gerakan Aksi Iklim di lokasi lainnya.